Pertanyaan Jamaah :
Assalamualaikum wr.wb. Pak Ustaz, Saya Ingin Bertanya, Apa rahasia Allah di balik Panggilan menunaikan ibadah puasa bagi orang yang beriman? (Sopyan, Kendari)
Jawab :
Para Pembaca Shaimin-Shaimat Yang Berbahagia! Pertanyaan tersebut bisa dilihat dari dua aspek:
Pertama; ibadah puasa merupakan ibadah yang butuh kesabaran dan kejujuran, karena ibadah ini membutuhkan hal tersebut, maka hanya orang yang beriman kepada Allah sajalah yang sanggup menjalankan perintah Allah tersebut. Meninggalkan makan, minum, berhubungan badan dengan Istri di siang hari merupakan pekerjaan yang tidak ringan untuk ditinggalkan, akan tetapi karena iman yang berbicara maka semua hal tersebut kita siap meninggalkan karena panggilan iman kepada Allah. Justru itu Allah tidak memanggil umat Islam secara umum untuk melaksanakan Puasa hanya orang yang beriman sajalah yang mampu melaksanakan puasa.
Kedua; di dalam literatur klasik (Kutub al-Turats), khususnya kitab-kitab tafsir, ulama menjelaskan tentang makna Nida' (panggilan) Allah yang tercantum dalam al-Qur'an dalam tiga makna secara umum. Pertama, panggilan yang bertujuan untuk li at-tarhim: Untuk Panggilan Kasih Sayang, seperti ungkapan Nabi Nuh kepada putranya, Ya bunayya irkam ma'ana (Q.S.11:42) (hai anakku naiklah kapal ini bersama kita). Atau ungkapan Lukman al-Hakim, Ya bunayya la tusyrik billah (Q.S. 31:13) (hai anakku janganlah engkau menyekutukan Allah. Atau seperti ungkapan Nabi Ibrahim terhadap bapaknya; Ya abati (wahai bapakku (Q.S.12: 4). Panggilan-panggilan seperti itu bertujuan untuk memberikan kasih sayang kepada orang yang dipanggilnya.
Kedua; panggilan yang bertujuan untuk li at-taubikh : untuk menjelek-jelekkan atau menghinakan orang-orang yang dipanggil, seperti Firman Allah,Ya Ahlalkitab Lima Talbisunalhaqqabilbathil Wa Taktumunal Haqqa Waantum Ta'lamun.(Q.S. 3: 71)
Hai ahli kitab, mengapa kalian mencampuradukkan kebenaran dengan kebathilan sementara kebenaran kalian sembunyikan, walhal kalian tahu seperti itu tidak benar. Ini panggilan yang mengarah pada ejekan Allah kepada ahli kitab yang tidak konsisten dan konsekuen dengan komitmen. Atau panggilan Allah kepada orang-orang kafir untuk masuk neraka. Ya ayyuhallazina kafaru.
Maka panggilan Allah seperti inti bukan panggilan kasih sayang tapi panggilan penghinaan kepada mereka yang ingkar kepada-Nya.
Ketiga, panggilan yang bertujuan untuk li at-takrim wa al-tasyrif: panggilan kemulian dan penghormatan. Allah memanggil hamba-Nya dengan panggilan kemesraan sebagai tanda penghormatan Allah kepada hamba-Nya. Seperti panggilan kemulian kepada Hamba-Nya yang akan melaksanakan Ibadah Puasa, Allah Panggil dengan panggilan Ya ayyuhallazina amanu Kutiba alaikumusshiyam..(Q.S.2: 183). Banyak lagi ayat-ayat al-Qur'an yang menggunakan redaksi Nida' (panggilan) semata-mata untuk memberikan penghormatan dan kemuliaan kepada orang yang dipanggilnya.
Jadi pantas Allah memanggil orang yang beriman untuk melaksanakan Ibadah puasa karena memang puasa itu berat dilaksanakan jika tidak dibarengi dengan iman yang kuat kepada Allah.
Hikmah yang bisa kita petik dari etika Allah memanggil hamba-Nya adalah kita seharusnya memanggil sesama kita dengan panggilan yang terhormat, panggilan yang menyebabkan dia senang bukan panggilan yang menyebabkan dia benci bahkan marah. Panggilan kehormatan memang menjadi dambaan semua orang, maka panggillah sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya sehingga orang yang dipanggil merasa tersanjung bahkan merasa terhormat. Alangkah tersanjungnya kita di saat-saat kita akan melaksanakan kewajiban puasa, Allah dengan lantang memanggil dan menyeru kita untuk melaksanakan puasa, seolah-olah kita saja yang mampu melaksanakannya yang lain belum tentu mampu. Panggilan tersebut menjadi kemuliaan bagi kita umat Islam yang konsisten dengan keimanannya.
Waallahu a'lam.