TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid |
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid belajar di Tanah Suci Mekah
selama 13 tahun kemudian kembali ke Indonesia atas perintah dari gurunya
yang paling di kagumi, yakni Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath, pada
tahun 1934. Sekembali dari Tanah Suci Makkah mula-mula beliau mendirikan
pesantren al-Mujahidin pada tahun 1934 M., kemudian pada tanggal 15
Jumadil Akhir 1356 H/22 Agustus 1937 M beliau mendirikan Madrasah
Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI). Madrasah ini khusus untuk
mendidik kaum pria. Kemudian pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H/21
April 1943 M beliau mendirikan madrasah Nahdlatul Banat Diniyah
Islamiyah (NBDI) khusus untuk kaum wanita. Kedua madrasah ini merupakan
madrasah pertama di Pulau Lombok yang terus berkembang dan merupakan
cikal bakal dari semua madrasah yang bernaung di bawah organisasi
Nahdlatul Wathan. Dan secara khusus nama madrasah tersebut diabadikan
menjadi nama pondok pesantren ‘Dar al-Nahdlatain’. Istilah ‘Nahdlatain’
diambil dari kedua madrasah tersebut, yaitu NWDI dan NBDI.
Pada tahun 1952, madrasah-madrasah cabang NWDI-NBDI yang didirikan
oleh para alumni di berbagai daerah telah berjumlah 66 buah. Maka untuk
mengkoordinir, membina dan mengembangkan madrasah-madrasah cabang
tersebut beserta seluruh amal usahanya, al-Mukarram Maulana al-Syaikh
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan organisasi Nahdlatul
Wathan yang bergerak di dalam bidang pendidikan, sosial dan dakwah
islamiyah pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1372 H/1 Maret 1953 M. Sampai
dengan tahun 1997, lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola oleh
Organisasi Nahdlatul Wathan telah berjumlah 747 buah dari tingkat taman
kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, begitu juga lembaga sosial
dan dakwah islamiyah Nahdlatul Wathan berkembang dengan pesat bukan
hanya di NTB melainkan juga diberbagai daerah di Indonesia seperti NTT,
Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Riau, Sulawesi, Kalimantan,
bahkan sampai ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei
Darussalam, dan lain sebagainya.
Pada zaman penjajahan, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga menjadikan madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan, tempat menggembleng patriot-patriot bangsa yang siap bertempur melawan dan mengusir penjajah. Bahkan secara khusus al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid bersama guru-guru Madrasah NWDI-NBDI membentuk suatu gerakan yang diberi nama “Gerakan al-Mujahidin”. Gerakan al-Mujahidin ini bergabung dengan gerakan-gerakan rakyat lainnya di Pulau Lombok untuk bersama-sama membela dan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Bangsa Indonesia. Dan pada tanggal 7 Juli 1946, TGH. Muhammad Faizal Abdul Majid yang merupakan adik kandung Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid memimpin penyerbuan tanksi militer NICA di Selong. Namun, dalam penyerbuan tersebut gugurlah TGH. Muhammad Faisal Abdul Madjid bersama dua orang santri NWDI sebagai Syuhada’ sekaligus sebagai pencipta dan penghias Taman Makam Pahlawan Rinjani Selong, Lombok Timur.
Al Mukkarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebagai ulama’ pemimpin umat, dalam kehidupan bermasyarakt dan berbangsa telah mengemban berbagai jabatan dan menanamkan berbagai jasa pengabdian, di antaranya :
-Pada tahun 1934 mendirikan pesantren al-Mujahidin
-Pada tahun 1937 mendirikan Madrasah NWDI
-Pada tahun 1943 mendirikan madrasah NBDI
-Pada tahun 1945 pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok
-Pada tahun 1946 pelopor penggempuran NICA di Selong Lombok Timur
-Pada tahun 1947/1948 menjadi Amirul Haji dari Negara Indonesia Timur
-Pada tahun 1948/1949 menjadi anggota Delegasi Negara Indonesia Timur ke Arab Saudi
-Pada tahun 1950 Konsulat NU Sunda Kecil
-Pada tahun 1952 Ketua Badan Penaseha Masyumi Daerah Lombok
-Pada tahun 1953 mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan
-Pada tahun 1953 menjadi Ketua Umum PBNW Pertama
-Pada tahun 1953 merestui terbentuknya parti NU dan PSII di Lombok
-Pada tahun 1954 merestui terbentuknya PERTI Cang Lombok
-Pada tahun 1955 menjadi anggota Konstituante RI hasil Pemilu I (1955)
-Pada tahun 1964 mendiriakn Akademi Paedagogik NW
-Pada tahun 1964 menjadi peserta KIAA (Konferensi Islam Asia Afrika) di Bandung
-Pada Tahun 1965 mendirikan Ma’had Dar al-Qu’an wa al-Hadits al-Majidiyah Asy-Syafi’iyah Nahdlatul Wathan
-Pada tahun 1972-1982 sebagai anggota MPR RI hasil pemilu II dan III
-Pada tahun 1971-1982 sebagai penasihat Majlis Ulama’ Indonesia (MUI) Pusat
-Pada tahun 1974 mendirikan Ma’had li al-Banat
-Pada Tahun 1975 Ketua Penasihat Bidang Syara’ Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram (sampai 1997)
-Pada tahun 1977 mendirikan Universitas Hamzanwadi
-Pada tahun 1977 menjadi Rektor Universitas Hamzanwadi
-Pada tahun 1977 mendirikan Fakultas Tarbiyah Universitas Hamzanwadi
-Pada tahun 1978 mendirikan STKIP Hamzanwadi
-Pada tahun 1978 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Hamzanwadi
-Pada tahun 1982 mendirikan Yayasan Pendidikan Hamzanwadi
-Pada tahun 1987 mendirikan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
-Pada tahun 1987 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Hamzanwadi
-Pada tahun 1990 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Hamzanwadi
-Pada tahun 1994 mendirikan Madrasah Aliyah Keagamaan putra-putri
-Pada tahun 1996 mendirikan Institut Agama Islam Hamzanwadi
Oleh karena jasa-jasa beliau itulah, maka pada tahun 1995 belaiu
dianugerahi Piagam Penghargaan dan medali Pejuang Pembangunan oleh
pemerintah.
Disamping itu, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid selaku seorang mujahid selalu berupaya mengadakan inovasi
dalam gerakan perjuangannya untuk meningkatkan kesejahteraan ummat demi
kebahagian di dunia maupun di akhirat.
Di antara inovasi/rintisan-rintisan beliau adalah menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran agama Islam di NTB dengan sistem madrasi, membuka lembaga pendidikan khusus untuk wanita, mengadakan ziarah umum Idul Fitri dan Idul Adha dengan mendatangai jamaah di samping didatangi, meyelenggarakan pengajian umum secara bebas, mengadakan gerakan doa dengan berhizib, mengadakan syafa’at al-kubro, menciptakan tariqat, yakni tariqat Hizib Nahdlatul Wathan yang merupakan tariqat akhir zaman, membuka sekolah umum di samping sekolah agama (madrasah), menyusun nazom (syair) berbahasa Arab bercampur bahasa Indonesia, dan lain-lain.
Sebagai seorang Ulama’ Mujahid beliau telah memberikan keteladanan yang mulia. Seluruh sisi kehidupan beliau, diisi dengan perjuangan untuk memajukan kepentingan agama, nusa dan bangsa. Tegasnya, “tiada hari tanpa perjuangan”. Itulah yang senantiasa terlihat dan terkesan dari seluruh sisi kehidupan beliau yang patut dicontoh dan diteladani oleh seluruh pengikut dan murid beliau.
(sumber Wikipedia)
Baarokallooh
ReplyDeleteSyukron!
Syukron akhy biquduumikum...
Delete