Alamat : Jl. Drs. H. Abdullah Silondae, Desa Bima Maroa, Kecamatan Andoolo Barat, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara Kode Pos : 93383 Telpon : 081245597272, WhatsApp : 085298711972 (Al-Ustadz Jamhuri Karim, QH., S.Sos.I.)

Tuesday, May 9, 2017

Karomah Maulana: "Akhirnya, Sajadah Bermotif Salib Itu Pun Ditemukan..."

 
Pagi itu, suasana cerah cemerlang. Suasana pagi diringi lantunan doa yang membahana hingga ke luar angkasa. Doa yang tidak pernah mendatangkan kebosanan, justru dapat menghadirkan kekhusyu'an dalam hati para pendoanya ketika terlafazkan.

Iya, seperti biasa dan merupakan tradisi para penuntut ilmu yang berbalut warna putih mulai dari kopiah, baju hingga sarung, berdoa secara berjama'ah. Mereka adalah Thullab (penuntut ilmu laki-laki) dan Tholibat (penuntut ilmu perempuan) Ma'had Darul Qur'an wal Hadits al-Majidiyyah asy-Syafi'iyyah Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur. Doa yang dibaca adalah doa yang telah diajarkan oleh Sang Maulana dan menjadi rutinitas setiap pagi sebelum pengajian pagi dimulai. Hingga kini tradisi tersebut tetap lestari di kalangan Thullab dan Tholibat Ma'had sembari menunggu kedatangan Masyaikh yang akan memberikan materi pengajian pagi hingga pukul 10 pagi setiap hari.

Kala itu pengajian pagi akan diisi oleh Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid al-Anfananiy. Para Thullab mempersiapkan dengan cukup cermat dan teliti tempat duduk yang akan diduduki oleh Sang Maulana. Hingga tidak luput dari usaha para Thullab untuk "tabarrukan" (mengambil barokah) dari tempat duduk Sang Maulana. Sajadah demi sajadah disusun rapi di kursi tempat duduk Sang Maulana, hingga membentuk tumpukan yang tebal dan empuk. Shal (kain tenun impor) berwarna hijau, shal kebanggaan Thullab Ma'had juga tidak mau kalah ikut andil dalam tumpukan sajadah tersebut. Rapilah sudah, tempat duduk yang sudah dipersiapkan untuk seoarang Ulama Besar yang akan mentransfer ilmunya kepada para Thullab dan Tholibat Ma'had.

Doa sudah usai dilantunkan. Suara terdengung keras dari salah seorang Tholib Ma'had mengucapkan "ihtiroom!!!" (beri hormat_red) mengiringi kerauhan (kedatangan) Sang Maulana di Mushalla al-Abror. Para Thullab dan Tholibat semua berdiri tanpa terkecuali sebagai bentuk takzim (penghormatan) terhadap kehadiran al-Syaikh. Ini merupakan tradisi di dalam perguruan Nahdlatul Wathan, yaitu ketika datang seorang guru maka harus disambut dengan ucapan "ihtirom" kemudian ditutup dengan ucapan "hayyu" oleh salah seorang di dalam majelis tersebut yang kemudian diakhiri oleh semua yang hadir dalam majelis tersebut dengan ucapan:

 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ومغفرته ورضوانه

"Assalaamu'alaikum warohmatulloohi wabarokaatuhu wa maghfirotuhu wa ridlwaanuhu"

Lalu dijawablah salam para Thullab tersebut oleh Sang Maulana. 

Ketika itu juga semua Thullab kembali duduk dengan rapi di tempat masing-masing dan siap-siap mendengarkan pengajian yang akan dibawakan oleh Guru Tercinta, Sang Maulana.

Semua Thullab sudah duduk di tempat masing-masing pertanda pengajian pagi akan dimulai, Sang Maulana masih berdiri di depan kursi yang telah dipersiapkan dengan rapi oleh para Thullab sembari melihat ke arah kursi yang akan beliau duduki. Beliau masih belum mau menduduki kursi tersebut. Para Thullab khawatir bercampur perasaan bertanya-tanya dalam hati, ada apa gerangan yang menyebabkan beliau tidak mau menduduki kursi tersebut. Perasaan was-was berbaur dengan rasa bersalah. Pasti ada sesuatu yang menyebabkan beliau tidak kayun (mau) duduk di kursi tersebut, gumam dalam hati masing-masing Thullab.
Ternyata dan ternyata, ada sebab mengapa beliau tidak mau menduduki kursi tersebut. "Ndeq ku mele nokolin sajadah si araq tanda salib ne" (Saya tidak mau menduduki sajadah yang ada tanda salibnya), ucap beliau yang membuat sontak kaget para Thullab yang telah menyusun rapi sajadah tersebut. Dengan gegap gempita, beberapa Thullab segera beranjak dari tempat duduknya lalu membongkar satu per satu sajadah yang telah disusun rapi tersebut. 

Hati bergumam, pikiran tak karuan, perasaan tak tentu arah Thullab tersebut sambil membongkar helai demi helai kain sajadah dari atas hingga paling bawah. Sontak tercengang, ketika Thullab tersebut menemukan sehelai kain sajadah dengan motif yang terdapat tanda salib pada sajadah tersebut di urutan paling bawah. Lalu diambillah sajadah tersebut, kemudian disusun sajadah yang telah dibongkar tadi dengan rapi kembali. Sang Maulana kali ini langsung mau menduduki kursi tersebut setelah sajadah yang bermotif tanda salib tersebut disingkirkan. Entah siapa yang punya pekerjaan, apa disengaja atau tidak, yang jelas Sang Maulana mengetahui bahwa terdapat tanda salib di tempat duduknya.

Kejadian ini bersumber dan dialami langsung oleh seorang Alumni Ma'had Darul Qur'an wal Hadits pada tahun 1995 ketika masih duduk di tingkat 4 Ma'had dan pada saat ini beliau berdomisili di Provinsi Sulawesi Tenggara dan beliau juga sebagai Pendiri Pondok Pesantren Darul Ulum Nahdlatul Wathan Sulawesi Tenggara sekaligus sebagai Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Wathan Provinsi Sulawesi Tenggara, al-Ustadz Jamhuri Karim, QH., S.Sos.I.

Hikmah yang dapat dipetik dari kejadian tersebut adalah bahwa seorang Waliyullah diberi kemampuan oleh Allah SWT untuk melihat sesuatu yang tidak mampu dilihat secara kasat mata menurut pandangan orang awam. Seorang Waliyullah diberikan kemampuan mukasyafah, kemampuan melihat dengan mata bathin atas kejadian-kejadian yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

Wallohu A'lam.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Berikan komentar dengan bahasa sopan dan jelas!
Anda sopan, kami pun segan.

Pilih Background Blog

        Â

Buku Tamu


Mau buat buku tamu ini ?
Klik di sini

Translite

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Berita Utama Hari Ini

Powered by Blogger.

Contact Form

Name

Email *

Message *

Followers

Jumlah Pengunjung

Most Trending

Blog Archive